Di masa damai ini
Bung berdua kami panggil kembali
Cobalah mengaso barang sejenak
Dengarkan cerita yang kami bikin ini
Bung Karno, Bung Hatta
Bung berdua tentunya lebih mengetahui
Berapa jiwa yang harus digadaikan
Buat bikin negara ini bisa mendongakkan dagu
Negara dan rakyat anak darahmu sendiri
Bung berdua lahirkan dengan hampir mati
Bung berdua asuh sampai badanmu sendiri remuk redam
Mengumpulkan yang tercecer
Dari yang tercecer digabungkan satu per satu
Bung berdua selalu kumandangkan
Negara ini punya yang namanya budaya luhur
Budaya yang tidak hanya dalam alam pikiran
Tetapi juga diterapkan dalam keseharian
Biar bangsa lain juga tahu
Kami ini bangsa yang beradab
Bung berdua ajarkan kepada kami
Negeri ini negeri kami sendiri
Kerja kerja kerja
Mandiri mandiri mandiri
Bangsa kita bukan bangsa peminta-minta
Biar kami bangga jadi kawula Nusantara
Biar kami siap sedia bela negara ini
Biar kami siap sedia bangun negeri ini jadi besar
Biar kami tunjukkan kalau negeri ini ada yang bisa dibanggakan
Bung Karno-Bung Hatta
Sekarang dengarkanlah
Cerita kami baru akan dimulai
Kami sekarang rupanya tidak seperti yang bung berdua harapkan
Sudah tidak kami rasakan yang namanya kesatuan
Saling mencurigai dan berlomba untuk bikin negara sendiri
Saling tumpahkan darah sesama anak darahmu
Tidak kami pahami lagi apa itu budaya luhur
Jangankan gamelan yang kami tak tahu apa itu
Tidak ada lagi sisa-sisa peradaban luhur dalam darah kami
Tepa selira, tenggang rasa
Ah, terhadap itu semua kami bilang seperti ini
Itu hanya ajaran di bangku sekolah
Pun terhadap negeri kami sendiri
Kami sekarang sudah tidak peduli
Kami jual segala yang bisa dijual
Atas nama kemakmuran rakyat
Kami gadai segala yang disukai tuan-tuan asing
Kami sorongkan kotak tempat menampung uang
Kepada tuan-tuan bijakasana tersebut
Apa itu berdikari
Tidak pernah kami dengar
Kebanggaan terhadap Indonesia
Cuma sekedar pemanis di mulut kiranya
Lebih-lebih nasionalisme
Sudah lama masuk ke arsip sejarah usang
Bung Karno-Bung Hatta
Beginilah macam cerita kami
Kami persembahkan untuk bung berdua
Di hari yang berbahagia ini
Tepat delapan kali delapan masa edar negeri ini
Kalian ucapkan dengan gagah: Kemerdekaan!
Kecewa, kecewalah bung
Marah, marahlah bung
Biar berkobar lagi semangat kami
Biar kami sadar dari tidur yang meninabobokan
Kerja belum selesai
Masih harus terus korbankan segala yang kami punya
Dalam jiwa, dalam raga
Seperti yang sudah bung berdua teladankan
Biar kami tidak malu
Terhadap apa yang sudah bung berdua ucapkan dengan gagah
Kemerdekaan!
August 17, 2009 at 9:09 am
Rul, aku baru ngeh kayaknya kamu pernah “bertanya” kepada pionir negara ini dua kali. Kepada Ki Hajar Dewantara dan Bung Karno-Hatta ya?
Aku mau share ttg regenerasi bangsa ini. Kalau ditanya mau ke mana bangsa ini akan dibawa, aku juga gak tahu mau kemana, rul.. Kalau dilihat ke sekitar kita, tingkat konsumsi orang Indonesia terhadap produk luar yang menggila di pusat perbelanjaan, antusiasme anak-anak muda mengikuti acara musik yang diadakan pada jam produktif, hingga para ahli dan cendikiawan yang menjadi raja di negri orang..
Jadi, kita ini mau kemana ya sebenarnya?
Jika para petinggi negara ini mengatakan: perjuangan kemerdekaan belum selesai, kadang aku bingung rul, perjuangan yang mana ya? Rencana jangka panjang ataupun jangka pendek nya petinggi-petinggi tersebut terhadap negara ini pun bahkan aku tidak tahu. Apa kita dirikan negara ini negara “junk” saja?
Huauhua, ini komen sepertinya panjang dan sangat ngelantur kemana2. Semoga beneran ya masing-masing dari kita bisa mewujudkan arti kemerdekaan bersama-sama. Satu nusa. Satu bangsa. Satu bahasa.
Merdeka!