Jalan Natuna No. 29, Bandung; 022-4218961; Rp 25.000 – 35.000
Siang itu perut terasa lapar setelah dari pagi menempuh “ujian” SIM A di Polwiltabes Bandung. Kebetulan juga saya dan istri bertemu Restu, kawan kami, di tempat ujian SIM. Jadilah ibu-ibu memutuskan hendak makan siang dimana, dan pilihan jatuh ke tempat yang dekat, Sambel Hejo. Saya pun setuju. Saya memang belum pernah makan disini, tetapi kabar tentang kelezatan makanan di restoran ini sudah lama saya dengar. Maka, hari itu saya ingin membuktikan secara langsung.

ayam goreng kampung, perkedel jagung, perdekel kentang cimplung, jerohan ayam goreng, tahu-tempe, pepes usus, pepes tahu, pepes teri, lalapan, sambal hejo
Lokasi tujuan ada di Jalan Natuna No. 29, Bandung. Saya tidak tahu apakah ada angkot yang lewan jalan ini. Mestinya Anda bisa naik angkot sampai ke Jalan Sunda kemudian berjalan sedikit. Waktu itu kami membawa kendaraan sendiri dan dari arah Polwiltabes Bandung, di Jalan Jawa, persimpangan Jalan Merdeka dan Bank Indonesia Kota Bandung. Dari situ Anda tinggal menyusuri Jalan Jawa dan mengarah ke Jalan Natuna. Lokasi ada di sisi kiri jalan.
Waktu itu hari Sabtu siang. Seperti yang sudah diperkirakan, lokasi restoran sangat ramai. Untungnya kapasitas meja dan kursi cukup banyak, sehingga kami bertiga masih bisa mendapatkan tempat duduk. Begitu pula dengan tempat parkir, sangat penuh. Tetapi jangan khawatir, ada tukang parkir yang bisa mencarikan tempat dan meng-guide Anda parkir. Oiya, Sambel Hejo di Bandung hanya ada dua, di Jalan Natuna, dan di Jalan Katamso No. 49, dekat dengan Jalan Supratman. Selama saya di Bandung memang beberapa kali saya temui tempat makan dengan tulisan “Sambal Hejo”. Hati-hati, selain di dua tempat itu yang lain berarti tidak teregister ke Sambal Hejo yang asli.
Penyajian di restoran ini sama dengan restoran makanan Padang. Artinya, Anda duduk, dan pelayan akan menyajikan seluruh menu yang ada. Jadi Anda tidak perlu memesan. Harga yang dibayar adalah sesuai dengan apa yang disantap. Dapat dilihat di gambar bahwa menu yang disajikan terdiri dari sebakul nasi, lalapan selada, timun, leunca, beserta sambal hejo, ayam goreng kampung, perkedel jagung, perkedel kentang cimplung, tahu-tempe, jerohan ayam goreng, dan aneka pepes yang terdiri dari pepes tahu, pepes usus dan pepes teri. Tidak lupa dengan teh tawar. Lalapan, sambel hejo dan teh tawar gratis.
Segera kami menyendok nasi, lalapangan dan lauk pauknya. Tidak lupa juga menuangkan sambal hejo-nya. Pertama saya menyantap ayam goreng. Rasanya raos pisan. Ayamnya gurih dan kesat. Namun, yang istimewa adalah keempukannya, tidak alot seperti di tempat-tempat lain. Tidak lupa saya mencicipi menu lain. Pepes usus, pepes tahu, dan jerohan ayam gorengnya juga enak. Sedangkan istri saya dan Restu rupanya suka sekali dengan cimplung, sampai menambah seporsi lagi. Untuk minumnya kami bertiga memasan es jeruk.
Citarasa yang unik disini menurut saya adalah kesegarannya, termasuk sambalnya. Hejo dalam Bahasa Sunda berarti hijau. Memang sambal disini hijau. Dugaan saya adalah dari tomat hijau. Tidak pedas dan tidak memakai terasi, makanya terasa segar. Anda juga bisa minta sambal terasi, tapi harus bayar. Bagi Anda yang suka makan di restoran Sunda seperti Ampera atau Laksana, citarasa di Sambal Hejo lebih ringan (light) jika dibandingkan dua restoran pesaingnya itu. Mungkin karena Sambal Hejo asli Purwakarta, makanya cita rasanya menjadi sedikit berbeda. Selain itu, berbeda dengan Ampera dan Laksana yang franchise-nya ada dimana-mana, Sambal Hejo hanya ada di dua tempat. Maka dari itu, makan disini menjadi selalu istimewa.
Untuk semua hidangan yang disantap, kami disodori tagihan hampir seratus ribu rupiah. Harga yang menurut saya sebanding dengan citarasa yang didapatkan. Selain itu, restoran juga bersih dan pelayanannya juga bagus. Perut kenyang, hati pun riang.
Bandung, 2 Nopember 2013