Jalan Kidang Pananjung, dekat PDAM Dago, Bandung; Rp 12.000–15.000/porsi
Saya sangat terlambat mengenal kuliner yang satu ini. Saya baru mencoba makan disini pada saat awal kuliah magister tahun 2009. Waktu itu saya diajak oleh teman kosan, Babol. Sejak saat itu saya langsung merasa cocok dengan cita rasa dari warung yang sederhana ini.
Warung ini bernama Talago Biru II. Indeks “II” karena warung yang pertama ada di Jalan Tamansari, Bandung, dekat dengan Jalan Gelap Nyawang. Tetapi saya lebih suka makan di warung yang kedua. Ada beberapa alasan. Pertama tentu lebih dekat dengan kosan saya waktu itu di Cisitu Lama. Kedua rasanya menurut saya sama saja dengan warung yang pertama, dan terakhir di warung yang ini tempatnya tenda, sedikit agak lega dibandingkan dengan warung pertama yang hanya berupa bangunan kotak kecil.
Warung ini dapat cukup mudah dicari, khususnya bagi mahasiswa ITB. Dari simpang dago berjalanlah sedikit ke atas sampai bertemu dengan belokan ke Jalan Kidang Pananjung. Jalan ini lokasinya dekat dengan PDAM Dago. Jalan ini juga merupakan ujung kalau mau tembus berjalan kaki ke Cisitu Lama. Lokasi warung sangat sederhana, hanya berupa tenda dengan kapasitas tempat duduk tidak lebih dari sepuluh orang.
Pemilik warung ini adalah orang Minang asli. Menu yang ditawarkan ada dua, ayam dan ikan bakar. Terdapat telur dan perkedel jagung kalau ingin ekstra lauk. Waktu itu saya memesan ayam bakar paha tambah telur dadar dan perkedel jagung. Segera menu disajikan dengan nasi putih, kol goreng dan ditambahkan sambal padang yang maknyus.
Hal yang istimewa dari warung ini adalah ayam yang dibakar dengan bumbu padang. Rasa padangnya sangat kuat meresap ke dagingnya. Selain itu, sambalnya sangat nikmat. Hampir semua pelanggan disini meminta ekstra sambal. Meskipun tidak terlalu pedas, rasa sambalnya sangat istimewa membuat ingin terus menambah.
Untuk semua pesanan itu, saya harus membayar Rp 14.000. Murah meriah, karena sebagian besar konsumen Talago Biru adalah para mahasiswa. Meskipun begitu, rasa yang nikmat dari Talago Biru sebenarnya membuat kuliner ini layak untuk masuk ke semua golongan. Tinggal menunggu kemasan yang baik, maka seharusnya pangsa pasar bisa diperluas.
Bandung, 30 Maret 2014